Jumat, 18 Mei 2012

Payau di Pinangmu

Sawang-sawang membenar di usuk
Di usung kaki kapar tua
Kincir yang memutar sedemikian mengaburkan mata-mata
Pinisilin ringkih itu tanya menanya
Adakah jiwa teraniaya?
Adakah kebohongan menyerta?
Pinangmu terkunci petang itu
Dengan cita berlebih
Dengan suka tertata
Berhari-hari, berpagi-pagi, bersenja-senja
Risau ku tenggak berhariku
Dalam pinangan payaumu aku mati setiap detik
Biru dan haru

by: Agus M. A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar