Rabu, 23 November 2011

Separuh Bintang

 Judul                : Separuh Bintang
Penulis              : Evline Kartika
Tahun               : April 2009
Penerbit            : Gramedia Pustaka Utama
Tebal                : 320 Halaman


Gila! Excited banget pas gue baca nih novel. “Separuh bintang, judul yang lucu,” pikir gue pas beli. Ndilalah (ternyata), gue nggak nyangka bakal nemu novel dengan alur yang sedemikian rumit tapi menarik. Dan akhirnya, gue nggak bosen-bosen buat baca nih novel [meskipun udah lama sih gue punya novel ini... hehehe..].
Novel ini menceritakan lika-liku kehidupan Ciya, Rico, Billy, Aldi, Henry, Merina. Cerita hidup yang ditulis di novel ini tuh pas lagi cerita sedih, gue bisa nangis tersedu-sedu. Pas lagi cerita lucu, gue bisa ngakak total. Pas lagi romantis, gue bisa ....... [bisa apa hayoo?? :D )
Yuk capcus baca resensi gue tentang nih novel..

Selasa, 22 November 2011

cin(T)a -God is a Director-

Pemeran Utama            : Saira Jihan, Sunny Soon
Sutradara                     : Sammaria Simanjuntak
Skenario                      : Sally Anom Sari, Sammaria
Produser                      : M. Adi Panuntun, M. Budi Sasono, Sammaria
Soundtrack                   : Homogenic
Rilis                             : Agustus 2009

Rabu, 02 November 2011

Membuat Jam Analog dengan Macromedia Flash 8

           Nggak afdhol rasanya kalok udah nulis cara buat jam digital tapi nggak dilanjutin nulis cara buat jam analognya sekalian. Jam analog alias jam yang pakek jarum caranya hampir mirip-mirip dengan cara buat jam digital. Sok atuh kita mulai..
  1. Cara pertama masih sama. Yaitu buka halaman baru macromedia flash 8. Aku masih sih pakek ukuran 500x500 pixels. Masalah ukuran mah sesuai selera.. (Ngubahnya di properties) 
  2. Ubah nama layer 1 menjadi jarum jam. Buat garis lurus dengan Line Tool (N). Sedikit dimodif juga nggak pa-pa kok. Klik kanan pada garis tersebut → Convert to Symbol → beri nama jarum jam → Movie Clip (ubah regristrasi menjadi bottom-center) →  OK. Ubah instance name pada properties menjadi jarum_jam.

Setangkai Hati #part 4

            Hari Minggu pertama bulan November. Rumah Dissa sangat sepi. Hanya dia satu-satunya penghuni rumah itu. Ayahnya tengah berada di luar kota. Sementara ibunya sedang pergi ke rumah teman lamanya di Surabaya bersama Cici.
Huh.
Dissa menghabiskan beberapa jam melepas jenuhnya dengan menonton acara TV. Mulai dari kuis, musik, sampai telenovela. Ia duduk sedikit merosot, kepalanya bersandar di sandaran sofa. Tangannya berkali-kali mengacungkan remote dan menekan tombol-tombolnya untuk mengganti channel.
Ia mulai bosan. Matanya melirik jam yang bersandar di dinding belakang TV. “Jam sepuluh kurang dua,” gumamnya. Ia menekan tombol off pada remote control TVnya. Kemudian menyalakan DVD player untuk memainkan beberapa lagu.
Tok. Tok.
Pintu kayu rumah Dissa diketuk. Dissa segera bangkit untuk membukakan pintu. Ia merapikan T-shirt kuning dengan gambar sponge bob yang tengah dipakainya, menariknya agar terlihat sedikit gombrang. Decit pintu terbuka. Dissa dapat melihat ada tiga orang tengah berdiri di depan pintu yang telah ia buka itu.
“Hei…..” sapa Dissa.

Setangkai Hati #part 3

             ”Hai, Sa,” tegur seorang cowok hitam manis dari arah berlawanan dengannya. Dissa menurunkan lagi sesendok mie ayam yang hendak disantapnya. Sedangkan Tita dan Kea menoleh ke sumber suara. ”Hai juga, Tita dan Kea. Boleh gue gabung di sini?” lanjutnya seraya berdiri di samping meja menunggu jawaban. Senyum tersungging di wajahnya. Sangat manis. Bahkan lebih manis dari gula sekalipun.
”Hai juga, Yo. Duduk aja lagi,” jawab Dissa sambil membalas senyum cowok itu. Theo duduk di samping Dissa.
”Eh, Theo, lo kapan tanding basket lagi? Si Tita ngebet banget pengen lihat tuh. Katanya sih pengen lihat si Rio main,” goda Kea pada Tita.
”Apaan sih lo, Ke. Ngaco aja lo,” sergah Tita cepat.
”Minggu depan tim gue main lawan sekolah sebelah. Lo dateng aja. Pasti deh ketemu Rio,” Theo ikut menggoda Tita.

“Ah, ngaco juga lo, Yo. Ketularan Kea deh lo,” jawab Tita sambil manyun.
“Lhoh. Kok marah sih tuan putri? Kalok marah-marah brarti bener tuh,” celetuk Kea.