Rabu, 02 November 2011

Setangkai Hati #part 3

             ”Hai, Sa,” tegur seorang cowok hitam manis dari arah berlawanan dengannya. Dissa menurunkan lagi sesendok mie ayam yang hendak disantapnya. Sedangkan Tita dan Kea menoleh ke sumber suara. ”Hai juga, Tita dan Kea. Boleh gue gabung di sini?” lanjutnya seraya berdiri di samping meja menunggu jawaban. Senyum tersungging di wajahnya. Sangat manis. Bahkan lebih manis dari gula sekalipun.
”Hai juga, Yo. Duduk aja lagi,” jawab Dissa sambil membalas senyum cowok itu. Theo duduk di samping Dissa.
”Eh, Theo, lo kapan tanding basket lagi? Si Tita ngebet banget pengen lihat tuh. Katanya sih pengen lihat si Rio main,” goda Kea pada Tita.
”Apaan sih lo, Ke. Ngaco aja lo,” sergah Tita cepat.
”Minggu depan tim gue main lawan sekolah sebelah. Lo dateng aja. Pasti deh ketemu Rio,” Theo ikut menggoda Tita.

“Ah, ngaco juga lo, Yo. Ketularan Kea deh lo,” jawab Tita sambil manyun.
“Lhoh. Kok marah sih tuan putri? Kalok marah-marah brarti bener tuh,” celetuk Kea.

            ”Apaan sih lo, Ke. Siapa juga yang marah-marah?”
”Ooo.. Jadi lo nggak marah? Brarti lo setuju dong,” goda Kea lagi.
”Tauk deh. Ribet ngomong sama lo, Ke. Mending gue ngomong sama mie ayam gue lagi aja. Lebih pengertian dari pada lo. Bikin kenyang perut gue yang lapeerrrr,” jawab Tita.
“Duuiillee.. Gitu ya, Non? Kalok gue bikin perut lo kenyang, itu namanya aneh tauk? Emang lo doyan makan gue? Yang bener tuh, gue bisa bikin teh manis lo tuh jadi lebih muannniiisss dengan cara pas minum, lo sambil ngelihatin gue. Hahaha,” sahut Kea yang disambut tawa Theo dan Dissa.
“Udah, udah, nggak usah berantem mulu deh kalian,” cegah Dissa sambil menyeruput es jeruknya.
“Buset! Tuh mangkok lo tumpah apa?” sahut Tita.
”Heh? Kenapa?” tanya Dissa innocent.
”Tuh mangkok lo kok udah kosong gitu,” jawab Tita.
”Salah sendiri lo ngemeng mulu sama Kea. Keburu masuk atuh, Non,” jawab Dissa santai.
”Sa,” ucap Theo.
”Apa, Yo?”
“Sabtu besok lo ada acara nggak?”
”Nggak deh kayaknya. Kenapa?”
”Nonton yuk!”
”Mmm... Boleh. Lo jemput gue apa ki---”
Belum sempat Dissa melanjutkan kalimatnya, Theo sudah memotongnya, “Gue jemput lo jam 4. Oke?”
“Oke.”
“Oke deh. Gue balik dulu yah? Ayo, Ke, Ta,” pamit Theo.
“Sip,” jawab Dissa, Kea, dan Tita hampir bersamaan. “Salam buat yang ngajar lo setelah ini ya, Yo,” lanjut Kea yang hanya dijawab lambaian jempol kanan Theo sambil berlalu.
“Cyeee… Yang Sabtu besok mau nonton sama Theo,” goda Kea.
“Ihh.. Apaan sih lo, Ke?” sergah Dissa.
”Udah dong, Ke. Jangan godain dia. Ntar nggak dapet pajak jadian, rasain lo,” Tita menambahi.
”Oh.. Iya. Gue lupa,” jawab Kea.
”Apaan sih kalian ini? Jayus tauk!” jawab Dissa sambil berdiri dan berlalu.
”Ehh, main ninggalin aja..” seru Kea.
”Keburu masuk, Ke...” jawab Dissa.
Bel tanda masuk setelah istirahat pertama pun berdering. Tita dan Kea buru-buru mengikuti Dissa yang melenggang.
***
KRIIIINNGGG!!
Bel tanda pelajaran berakhir berdering kencang, nyaris menjangkau seluruh sudut sekolah. Anak-anak di beberapa kelas mulai berhamburan.
Tita memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. ”Sa, beli es buah di Bang Ipin (kenapa di panggil Bang Ipin? Itu karena ulahnya Dissa, kan dia suka ganti-ganti nama orangg. Abis orangnya botak-tak-tak-tak kayak serial animasi Upin dan Ipin) dulu yuk! Kering banget nih kerongkongan gue,” ajak Tita.
”Elo sama Kea aja deh, Ta. Gue mau langsung pulang,” tolak Dissa sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas biru mudanya.
”Ayo, dong, Sa..” bujuk Tita.
”Gue mau langsung pulang aja deh, Ta. Udah setengah 3 ini,” tolak Dissa lagi.
”Ahh.. Buru-buru banget sih lo. Mau ke mana sih?” Tita tak mau kalah. Dissa tak menjawab. Daripada digodain sama Tita. Diam itu emas. Batinnya.
Kea berlari masuk ke dalam kelas. ”Duuhh.. Kelamaan yah gue ke toiletnya? Udah sepi gini nih kelas,” ucapnya setelah bertemu Dissa dan Tita. ”Eh, Sa, lo nggak jadi nonton sama Theo yah? Kok lo masih di sini?” lanjutnya.
”Aduh!” Tita menepuk keningnya tiba-tiba, ”Kok gue lupa ya? Lo kan mau nonton sama Theo. Yaudah gih, pulang sana. Udah setengah 3 ini,” saht Tita.
”Oke deh, gue duluan yah.. Duuu..” pamit Dissa sambil melambaikan tangan.
”Duuuduuu...” jawab Tita dan Kea bersamaan.
***
Dissa sudah siap. Kaos putih lengan panjang dan celana jeans biru sudah melekat di tubuhnya. Rambutnya ia kuncir ekor kuda dengan ikat rambut putih. Poninya tertata rapi. Wajahnya dipoles bedak tipis.
Ia duduk di atas ranjang kamarnya. Sangat gusar. Beberapa kali ia menekan keypad ponselnya, siapa tau Theo meng-sms-nya, dan alhasil tampilan yang keluar di layar ponselnya adalah 27 September, 15:56.
Suara deru mesin motor terdengar berhenti di depan pagar rumah Dissa. Dissa langsung berlari menghampiri sang empunya ke depan rumah. Benar saja, Theo tengah melepas helm-nya sambil tersenyum pada Dissa. ”Berangkat sekarang, Sa?” tanyanya.
”Ayok, ” jawab Dissa sambil memakai helm-nya.
***
           #part 4 [final]

1 komentar: